Senin, 25 Januari 2016

Darimana Datangnya Peribahasa?

picture taken  from huffingtonpost

Dari dulu saya selalu bertanya-tanya pada diri sendiri, Mengapa ada peribahasa yang berbunyi "Bagai Membeli Kucing Dalam Karung"? Mengapa harus kucing? Mengapa bukan anjing atau katak? Apa istimewanya kucing dibandingkan hewan lainnya? Sampai akhirnya tibalah jaman keemasan Mbah Google, saya pun mencoba mencari tahu sekali lagi. Dan jawabannya ternyata adalah ... Google pun tidak tahu pasti, hehe... ;)

Picture taken from thoughtcatalog.com
Dari mana datangnya Peribahasa? - Sampai saat ini, belum ada yang tahu pasti kapan dan siapa yang memulai membuat peribahasa. Kendati demikian, para ahli selalu membuat penelitian-penelitian, anggapan-anggapan dan dicampur dengan sedikit perkiraan ataupaun prediksi, yang kemudian disimpulkan bahwa peribahasa kemungkinan besar berasal dari pemikiran-pemikiran yang mendalam terhadap suatu peristiwa yang benar-benar ada, dituturkan oleh mereka yang menjadi trendsetter pada masa lalu seperti Raja atau para cendikiawan, para pujangga ataupun siapa saja yang memiliki kemampuan menyemaikan bunga kata-kata. Bisa juga muncul begitu saja dari orang yang cerewet, suka bergosip, komedian, atau andai dikomparasikan dengan jaman sekarang, sebuah peribahasa bisa saja muncul dari generasi alay. Lihat saja berapa banyak kata baru yang muncul belakangan ini dari generasi yang satu ini.

Picture taken from nexter.org
Nah, dari sini seharusnya kita sudah dapat meraba dari mana datangnya peribahasa semacam "Bagai membeli kucing dalam karung" berasal. Apakah pada jaman dahulu memang ada transaksi jual beli kucing yang dimasukkan ke dalam karung? Well, saya tidak berani mengatakannya secara pasti apakah ada atau tidak ada. Yang jelas hasil pemikiran untuk peribahasa ini pastilah sangat mendalam. Ibaratnya proses membeli dan memilih kucing itu saja sudah sangat susah, ditambah lagi dibeli dalam keadaan tertutup (dimasukkan dalam karung), pastilah orang yang membeli sudah sangat nekat karena tidak tahu kualitas barang yang dibelinya. Dari dasar pemikiran itu akhirnya lahirlah peribahasa tersebut. Mengapa harus kucing? Sekali lagi saya tak dapat mengatakannya. Bisa saja kalimat itu muncul begitu saja (karena tingkat kesusahan atau kenekatannya tadi). Bisakah peribahasa itu diganti? Sangat bisa. Untuk orang yang nekat membeli sesuatu tanpa tahu kualitasnya, bisa saja Anda membuat peribahasa seperti ini, "Bagai Mencium Aroma Kopi dengan Hidung Tetangga". Coba bayangkan itu, memilih biji kopi saja sudah susah, masih pakai pendapat orang lain (hidung tetangga) lagi, pastilah nekat orang itu, hehehe.... :D

Siapa saja bisa membuat peribahasa. Masyarakatlah yang akan menilai apakah peribahasa itu cukup catchy untuk dapat dipakai sebagai bunga kata yang elegan dan pantas. Lebih oke lagi jika Anda adalah seorang figur publik yang disayangi, karena setiap kata-kata yang terlontar dari mulut Anda bisa saja menjadi peribahasa baru yang akan menjadi populer. Jadi, Anda siap berperibahasa? ;)